Rabu, 17 November 2010

desa ranotongkor dulunya adalah pabrik kopi

ORANG-ORANG Belanda dulu sangat senang minum kopi hasil tanaman Ranotongkor --sebuah desa di kaki gunung Lokon, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa di Propinsi Sulawesi Utara. Tetapi sesudah itu desa ini hampir terlupakan di tengah morat-maritnya keadaan penghidupan rakyat. Ternak babi berkeliaran dan membuang kotoran seenaknya. Loronglorong begitu jorok dan meluapkan bau tak sedap. Rumah penduduk tak lebih dari wajah penghuninya: lesu. Lebih dari itu, desa ini hampir seluruhnya tertutup dari dunia luar, meskipun jaraknya hanya 15 km dari kota kecamatan. Bahkan petugas-petugas kecamatan pun cukup enggan menilik warga di sini. Karena mereka tokh harus memutar lewat Manado dan Tomohon dengan jarak 65 km kalau hendak datang kemari. Soalnya, tentu karena tak ada kendaraan umum yang sudi membuka trayek Tanahwangko-Tomohon yang melewati desa Ranotongkor, karena dana inpres 1972 hanya mampu menjamah sebagian kecil jalan jurusan ini. Namun demikian, tidak berarti Ranotongkor makin terlelap dalam kelesuan. Ada jua tangan-tangan pembangunan menjamahnya, meskipun masih bersifat mengusap-usap. Tetapi beruntung juga, bahwa di mana-mana akhir-akhir ini sudah dibiasakan memperlombakan kemolekan desa dengan segala sudutnya. Merasa bahwa Ranotongkor harus bersaing di antara 28 desa sekabupatennya untuk mewakili Kecamatan Tombariri tak diragukan lagi pembenahan harus dikebut dari segala jurusan. Lorong-lorong desa dirapikan, dibuat kolam LSD, kolam PMD, taman bacaan sambil membina kebersihan dan kemolekan di mana-mana. Sekolah, balai desa, gereja, kantor hukum tua dan semua peralatan warga desa dibenahi. Pendudukpun diajari berbagai ketrampilan. Bahkan setiap rumah tangga dengan cekatan telah memiliki apotik halaman, yaitu tanaman obat-obatan tradisionil. Ini penting, sebab dengan tumbuh-tumbuhan itu para ibu rumah tangga akan mampu mempraktekkan ajaran PPK yang telah mereka kursusi. Pokoknya sebagai wajah seorang kakek yang selama ini sudah keriput dan penuh coreng-moreng, kini Ranotongkor tiba-tiba menjadi sebuah desa bersih dan penuh gairah. "Semua.ini berkat pentrapan semua teori PMD" kata Willem Roring, seorang petugas PMD Kecamatan Tombariri. Lebih dari itu hasil utama desa ini dan kawasannya, yaitu kelapa dan cengkeh, rupanya akhir-akhir ini sedikit-sedikit mulai memberikan kesejahteraan bagi sekitar 2.000 penduduk desa ini. Bahkan beberapa orang di antara warga Ranotongkor telah memiliki mobil pribadi. Tetapi soal lomba desa tadi, awal Mei tadi agaknya kesabaran penduduk desa ini harus diuji pula. Dari pagi semua warga desa telah berkumpul untuk mengelu-elukan team penilai di batas kota. Sialnya, hingga siang hari team dari Minahasa itu tak muncul-muncul juga sehingga semua tumpukan kesenian, olahraga, kecekatan pramuka yang hendak dipamerkan merasa kesal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar